SUBEKTI, LAURA ANDREA (2024) UJI IN VITRO PENURUNAN KADAR KOLESTEROL SUSPENSI GRANUL EFFERVESCENT KITOSAN CANGKANG KEPITING BAKAU (Syclla serrata) DENGAN PERBEDAAN DOSIS KITOSAN 45 mg DAN 55 mg (Dibuat dengan metode granulasi kering). Diploma thesis, Akademi Farmasi Surabaya.
Text
2. COVER DALAM sampai DAFTAR LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (857kB) |
|
Text
1. COVER DEPAN.pdf Restricted to Registered users only Download (70kB) |
|
Text
3. BAB I.pdf Restricted to Registered users only Download (118kB) |
|
Text
4. BAB II sampai V.pdf Restricted to Registered users only Download (571kB) |
|
Text
5. DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Registered users only Download (120kB) |
|
Text
6. LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (675kB) |
|
Text
7. RINGKASAN.pdf Download (114kB) |
|
Text
8. ABSTRAK.pdf Download (43kB) |
Abstract
Keberadaan crustacea di Indonesia belum sepenuhnya dieksplorasi. Kebanyakan bagian dagingnya saja yang digunakan, sedangkan cangkangnya hanya menjadi limbah produk laut seperti kepiting dan udang. Padahal pada cangkang terdapat sumber kitin dan kitosan, yang keduanya banyak digunakan dalam sediaan farmasi. Kepiting bakau (Scylla serrata) adalah salah satu hasil laut yang menghasilkan limbah cangkang. Kandungan kitin pada cangkang kepiting adalah 50%–60%, sedangkan cangkang udang adalah 42%–57%. Kitin yang terdapat pada cangkang dapat diproses menjadi kitosan melalui tiga tahap yaitu deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi. Kitosan dipercaya memiliki kemampuan mengikat lemak dan kolesterol dalam tubuh sehingga mampu menurunkan kadar kolesterol darah. Sebelum digunakan kitosan hasil sintesis dari peneliti terdahulu dilakukan pengujian. Pengujian kitosan meliputi uji organoleptik, uji kadar air, uji kadar abu, uji derajat deasetilasi, dan uji ninhidrin. Hasil dari pengujian organoleptik kitosan yaitu kitosan berbentuk serbuk, berwarna putih kecokelatan, tidak berbau, dan tidak berasa. Lalu hasil dari uji kadar air yaitu sebesar 9,3% ± 0,57, untuk hasil uji kadar abu didapatkan hasil sebesar 5,9% ± 0,45, hasil uji derajat deasetilasi didapatkan sebesar 81% ±9,47, dan uji yang terakhir yaitu uji ninhidrin menunjukan kitosan yang diuji berubah warna menjadi warna ungu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan dosis kitosan 45mg dan 55mg dalam sediaan suspensi granul effervescent kitosan cangkang kepiting bakau (Scylla serrata) dalam menurunkan kadar kolestrol yang diuji secara in vitro. Tahap awal yang dilakukan sebelum melakukan uji in vitro yaitu menentukan panjang gelombang maksimum pada rentang 200-800nm. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuataan larutan seri konsentrasi kolesterol serta pengukuran kurva baku standar dari seri konsentrasi kolesterol. Kemudian dilanjutkan dengan uji in vitro menggunakan metode Lieberman-Burchard untuk mengetahui absorbansi dari sampel suspensi granul effervescent FI, suspensi granul effervescent FII, dan kontrol positif simvastatin 10mg. Pada penilitian ini pengukuran panjang gelombang maksimum dilakukan pada rentang 300-500 nm menggunakan konsentrasi larutan baku 100ppm. Hasil panjang gelombang maksimum yang didapat yaitu 412nm. Selanjutnya, kurva baku standar dibuat dan persamaan regresi linier dihitung. Hasilnya adalah y = 0,0074x-0,0838, dengan koefisien korelasi R2 = 0,9886. Selanjutnya, uji in vitro dilakukan dengan metode Lieberman-Burchard, dan presentase penurunan kadar kolesterol diukur. Hasil persentase penurunan kadar kolesterol pada sampel suspensi granul effervescent FI sebesar 1,74% ± 0,88, lalu pada sampel suspensi granul effervescent FII sebesar 1,24% ± 1,20. Dari hasil yang sudah didapatkan dapat diketahui bahwa suspensi granul effervescent FI memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menurunkan kadar kolesterol dibandingkan dengan suspensi granul effervescent FII. Selain itu, hasil uji parametik Independent T-test menunjukan bahwa tidak ada beda signifikan antara suspensi granul effervescent FI dengan suspensi granul effervescent FII. Nilai signifikasi yang didapat yaitu sebesar 0,939 artinya bahwa suspensi granul effervescent FI dan suspensi granul effervescent FII memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar kolesterol yang relative sama. Perlu dikaji dan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan suspensi granul effervescent kitosan cangkang kepiting bakau (Scylla serrata) secara in vivo maupun in vitro dengan metode yang berbeda agar dapat digunakan sebagai obat penurun kadar kolesterol seperti obat anti kolesterol yang sudah ada.
Item Type: | Thesis/Diploma (Diploma) |
---|---|
Subjects: | Kesehatan > Farmasi > Teknologi Farmasi |
Depositing User: | Elvia Ikasari |
Date Deposited: | 30 Sep 2024 04:00 |
Last Modified: | 30 Sep 2024 04:00 |
URI: | http://repository.akfarsurabaya.ac.id/id/eprint/1605 |
Actions (login required)
View Item |