SUTARI, DESAK PUTU (2021) PROFIL PENGGUNAAN OBAT ORAL ANTIHIPERGLIKEMIA DAN INSULIN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2. Diploma thesis, Akademi Farmasi Surabaya.
Text
COVER.pdf Download (37kB) |
|
Text
RINGKASAN.pdf Download (77kB) |
|
Text
COVER DALAM - DAFTAR ISI.pdf Download (3MB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (110kB) |
|
Text
BAB II - VI.pdf Download (165kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (76kB) |
Abstract
Diabetes Melitus adalah sekelompok gangguan metabolik lemak, karbohidrat dan metabolisme protein sebagai akibat dari kelainan sekresi insulin, kerja insulin (sensitivitas insulin) atau keduanya yang dapat menyebabkan komplikasi kronik termasuk mikrovaskuler makrovaskuler dan gangguan neuropathy. Penyakit diabetes melitus secara umum diakibatkan oleh konsumsi makanan yang tidak terkontrol dan juga tidak cukupnya hormon insulin yang dihasilkan pankreas untuk menetralkan glukosa darah didalam tubuh. Pada penderita DM terjadi kerusakan pankreas sehingga hormon insulin yang diproduksi tidak mampu mencukupi kebutuhan. Terapi atau pengobatan yang dilakukan pada DM meliputi terapi Farmakologi dan Non farmakologi. Untuk terapi Non Farmakologi dengan cara pengaturan hidup sehat dan pengaturan makanan. Untuk terapi Farmakologi dengan obat – obatan meliputi insulin dan obat anti hiperglikemia oral. Penelitian yang diberikan dilakukan oleh Yulianti, Sri Rahayu dkk tahun 2014, menunjukkan hasil bahwa terapi yang paling sering digunakan untuk terapi DM tipe 2 adalah insulin rapid acting (Novorapid), antihiperglikemia oral yang paling sering digunakan adalah Metformin dan terapi kombinasi yang paling sering diberikan adalah kombinasi Metformin dengan Glimepirid. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Islam, Zainul dkk tahun 2017 menunjukkan penggunaan obat antihiperglikemia tunggal baik insulin ataupun obat oral antihiperglikemia mempunyai persentase yang tinggi baik pada pasien BPJS maupun pasien umum. Antihiperglikemia oral dibagi dalam 5 golongan obat yaitu Sulfonilurea, Biguanid, Inhibitor Alfa glukosidase, dan Tiazolidindion, serta 4 kategori insulin berdasarkan sifat farmakokinetiknya rapid acting, short acting, intermediate dan long acting. Sedangkan Penelitian Yusefzadeh, Gholamreza et al pada tahun 2014 di Kerman, Iran diperoleh hasil Biguanida adalah obat yang paling sering diresepkan (61,7%) diikuti oleh Sulfonylurea (59,9%), Inhibitor Alfa-Glukosidase (4,5%), Repaglinide (Novonorm®) (2,7%) dan Tiazolidinediones (1,7%). Metformin 690 (61,7%) dan Glibenclamide 670 (59,9%) adalah obat antihiperglikemia yang paling sering diresepkan. Sekitar 46,9% pasien menerima monoterapi dan total 594 (53,1%) pasien berada pada terapi kombinasi 2 atau lebih obat antihiperglikemia. Kombinasi Glibenclamide plus Metformin (41,5%) adalah kombinasi obat antihiperglikemia yang paling umum diresepkan dalam rawat jalan diabetes. Obat-obatan yang diresepkan paling umum yang terkait dengan DM ditemukan antihiipertensi/antianginal (65%) dan obat penurun lipid (33,3%).Pengunaan insulin pada pasien DM tipe 2 diberikan bila pasien kadar gula darah sewaktu melebihi rentang 200 mg/dL, atau tidak tercapainya penurunan kadar gula darah dengan pemberian obat oral antihiperglikemia. Insulin dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah, dari glukosa sel membuat energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya. Pemberian obat antihiperglikemia tunggal golongan Biguanid seperti Metformin merupakan lini pertama yang diindikasikan untuk penderita DM tipe 2, terutama untuk pasien obesitas (kelebihan berat badan) dan menjadi satu-satunya antihiperglikemik oral yang terbukti mengurangi resiko kematian total atau mortalitas. Terapi dengan obat antihiperglikemia oral kombinasi baik secara terpisah ataupun fixeddose combination dalam bentuk tablet tunggal, harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu dapat terjadi sasaran kadar glukosa darah yang belum tercapai, sehingga perlu diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral dari kelompok yang berbeda atau kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral dapat menjadi pilihan. Terapi kombinasi juga dapat diberikan apabila dalam waktu 3 bulan setelah menggunakan antihiperglikemia oral tunggal tidak terjadi perbaikan kadar gula darah. Berdasarkan pembahasan hasil dari tiap jurnal penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa obat oral antihiperglikemia yang paling sering digunakan pada pasien dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2 adalah obat golongan Biguanida dengan nama generik Metformin sebagai terapi tunggal. Terapi kombinasi yang paling sering digunakan adalah penggunaan insulin golongan rapid acting dengan nama dagang Novorapid dan obat oral antihiperglikemia golongan Biguanida dengan nama generik Metformin serta penggunaan penggunaan insulin golongan rapid acting dengan nama dagang Novorapid dan insulin golongan long action dengan nama dagang Lantus.
Item Type: | Thesis/Diploma (Diploma) |
---|---|
Subjects: | Kesehatan > Farmasi > Farmasi Klinis Komunitas dan Manajemen Farmasi |
Depositing User: | Elvia Ikasari |
Date Deposited: | 17 May 2022 01:51 |
Last Modified: | 17 May 2022 01:51 |
URI: | http://repository.akfarsurabaya.ac.id/id/eprint/688 |
Actions (login required)
View Item |