LUKITORINI, UKIK (2021) PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN PATAH TULANG DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH FLAMBOYAN DAN HERBA RSUD DR SOETOMO SURABAYA. Diploma thesis, Akademi Farmasi Surabaya.
Text
COVER.pdf Restricted to Registered users only Download (152kB) |
|
Text
RINGKASAN.pdf Download (103kB) |
|
Text
COVER DALAM - DAFTAR ISI.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
|
Text
BAB I.pdf Restricted to Registered users only Download (143kB) |
|
Text
BAB II-VI.pdf Restricted to Registered users only Download (435kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Registered users only Download (79kB) |
|
Text
LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (143kB) |
Abstract
Patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai patah tulang tertutup, patah tulang terbuka dan patah tulang dengan komplikasi. Patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat patah tulang tidak tercemar oleh lingkungan/dunia luar. Secara umum, penatalaksanaan patah tulang dibagi dalam dua cara yaitu pengobatan nonoperatif dan pengobatan operatif. IDO merupakan salah satu komplikasi pasca bedah dan infeksi nosokomial yang terjadi setelah dilakukan tindakan pembedahan. Untuk mencegah terjadinya IDO, antibiotik sebagai profilaksis bedah digunakan. Prinsip dari penggunaan antibiotik profilaksis bedah adalah diberikan sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca-operasi. Pemberian dilakukan pada kasus yang secara klinis tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien patah tulang di Instalasi rawat Inap Bedah Flamboyan dan Herba RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang meliputi nama, golongan, dosis dan frekuensi, rute, dan durasi antibiotik. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Bedah Flamboyan dan Herba RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Data yang diambil adalah data resep pada periode bulan Januari – Maret 2021. Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah resep antibiotik yang berasal dari pasien patah tulang yang menjalani operasi di Instalasi Rawat Inap Bedah Flamboyan dan Herba. Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah resep yang tidak terdapat terapi antibiotik. Berdasarkan hasil penelitian data demografi, kelompok umur paling banyak didiagnosis menderita patah tulang adalah kelompok umur 18-31 tahun, yaitu sebanyak 9 pasien (45%). Terbanyak kedua adalah pada kelompok umur 46-59 tahun, yaitu sebanyak 6 pasien (30%). Pada kelompok umur 32-45 tahun sebanyak 4 pasien (20%), sedangkan pada kelompok umur 60-73 tahun sebanyak 1 pasien (5%). Pada kelompok umur 74-87 tahun tidak ditemukan pasien yang didiagnosis menderita patah tulang. Penentuan usia pasien didasari oleh batas usia masa remaja akhir menuju dewasa awal menurut Depkes RI tahun 2009 adalah usia lebih dari 17 tahun (1). Dengan demikian perhitungan dosis antibiotik menyesuaikan dengan dosis dewasa pada umumnya. Dalam penelitian tersebut didapatkan 20 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Mayoritas pasien patah tulang yang menjalani operasi di Instalasi Rawat Inap Bedah Flamboyan dan Herba RSUD Dr Soetomo Surabaya adalah dengan diagnosis fraktur tertutup, yaitu sebanyak 11 pasien (55%). Sedangkan pasien dengan diagnosis fraktur terbuka sebanyak 9 pasien (45%). Mayoritas antibiotik profilaksis yang digunakan pada fraktur terbuka adalah Ceftriaxonee, yaitu sebanyak 6 pasien (30%). Sedangkan antibiotik profilaksis yang digunakan pada fraktur tertutup adalah Cefazolin, yaitu sebanyak 6 pasien (30%). Penggunaan antibiotik profilaksis Cefazolin pada fraktur terbuka hanya sebanyak 3 pasien (15%) dan penggunaan antibiotik profilaksis Ceftriaxone pada fraktur tertutup hanya sebanyak 5 pasien (25%). Berdasarkan Panduan Penggunaan Antibiotik (PPAB) RSUD Dr. Soetomo tahun 2018, pada kasus bembedahan pada pasien fraktur, operasi yang dilakukan termasuk dalam kelas operasi bersih dan bersih terkontaminasi sehingga pasien yang akan melakukan operasi pembedahan mendapatkan antibiotik profilaksis sebelum melakukan tindakan operasi. Pemberian antibiotik profilaksis pada pasien fraktur adalah dengan pemberian Cefazolin 1-2 gram, iv drip 15 menit, 30-60 menit sebelum insisi dengan durasi dosis tunggal pada operasi bersih dan dosis tunggal dilanjutkan maksimal 24 jam pada opeasi bersih terkontaminasi. Dosis pemberian antibiotik salah satunya adalah berdasarkan berat badan pasien. Pada hasil penelitian ini penggunaan Cefazoline sebagai antibiotik profilaksis sudah sesuai karena memenuhi syarat sebagai antibiotik profilaksis menurut Panduan Penggunaan Antibiotik (PPAB) RSUD Dr. Soetomo tahun 2018 di mana Cefazolin merupakan golongan Cephalosporine generasi I yang memiliki spektrum sempit (hanya aktif terhadap bakteri gram negatif saja atau gram positif saja), antibiotik Cefazolin bersifat bakterisida, dan memiliki penetrasi yang baik pada tulang. Antibiotik golongan Cephalosporine bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri.
Item Type: | Thesis/Diploma (Diploma) |
---|---|
Subjects: | Kesehatan > Farmasi > Farmasi Klinis Komunitas dan Manajemen Farmasi |
Depositing User: | Elvia Ikasari |
Date Deposited: | 27 Apr 2022 04:46 |
Last Modified: | 27 Apr 2022 04:46 |
URI: | http://repository.akfarsurabaya.ac.id/id/eprint/649 |
Actions (login required)
View Item |